الجمعة، 22 يونيو 2012

kafa'ah ???


Judul asli :
قول الحق بالبصيرة
في ابن المجترئ خبيث السريرة

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمدلله وكفى والصلاة والسلام على سيدنا محمد المصطفى وعلى آله وصحبه أهل الصدق والوفا
Waba'du

Ini adalah buku yang saya tulis secara terburu-buru *1 didalam buku ini saya menjelaskan akan salahnya ucapan dan pemikiran sesat yang dilontarkan orang yang terlalu berani dalam berfatwa pada satu hukum Allah swt.
Dia mengatakan bahwa: Diperbolehkan bagi selain syarif (keturunan pria baginda rasulallah dari sayyidah fatimah, terkadang mereka juga dipanggil sayyid atau habib. pent) untuk menikahi seorang syarifah (keturunan wanita baginda rasulallah dari sayyidah fatiamah, terkadang
mereka juga dipanggil hubabah. Pent) dengan berdalilkan perkataan ahli fiqh yang mengangkat nilai kafa'ah tatkala wanita dan wali terdekatnya telah memberikan izin.
Dibuku kecil ini saya akan menguraikan beberapa naskah syari'at yang menunjukkan akan salahnya pemikiran orang ini dan pengkhianatannya dalam mengartikan dalil-dalil ulama fiqih, dari sini kita baru akan bisa tahu busuknya hati orang ini, kitab ini juga sekaligus bermaksud untuk mengecam keras bagi orang yang mengatakan seperti apa yang dikatakan orang ini.



* Qoidah madzhab

Kita akan memulai kitab ini dengan menyebutkan beberapa qoidah madzhab, diantaranya:
الحكم يدور مع علته وجودا وعدما
Hukum akan terus berputar ketika ada sebab dan dikala sebab telah hilang maka hukumpun akan hilang*2.

العبرة بعموم اللفظ لا بخصوص السبب
Suatu hukum bisa dianggap dengan umumnya satu lafadz dan tidak tergantung kepada sebab*3.

Didalam kitab saya yang berjudul mir'atulhaq pernah saya sebutkan bahwasanya keluarga nabi itu mencakup:
Baitussukna : istri-istri baginda rasul
Baitunnasab : anak cucu baginda rasul dari kedua cucu beliau yang bernama Hasan dan Husain.

orang yang mengganggu mereka sama saja mengganggu nabi Muhammad saw. Dan mengganggu nabi Muhammad saw. Sama saja mengganggu Allah swt. Dan berhak untuk mendapatkan adzab serta la'nat.
Allah swt. Berfirman:

وما كان لكم أن تؤذوا رسول الله ولا أن تنكحوا أزواجه من بعده أبدا, إن ذلكم كان عندالله عظيما. الآية

Tidak selayaknya bagi kalian untuk mengganggu rasulallah atau menikahi istri-istrinya setelah kewafatannya selama-lamanya, sesungguhnya hal tersebut amatlah besar disisi Allah swt.
Allah swt. juga Berfirman:

إن الذين يؤذون الله ورسوله لعنهم الله في الدنيا والآخرة وأعد لهم عذابا مهينا. الآية

Sesungguhnya orang-orang yang mengganggu Allah dan rasulnya mereka akan mendapat la'nat Allah swt. Didunia dan akhira,t dan Allah swt. Telah menyiapkan bagi mereka adzab yang hina.

Lalu dimana orang ini meletakkan matanya dari dua ayat diatas, apakah dia tidak membacanya???? Apakah dia juga tidak melihat hadist yang saya pernah cantumkan di kitab saya yang berjudul Mir'atulhaq di bab yang ke empat.

Sesungguhnya tidak ada sesuatu yang lebih mengganggu hati para sadah keturunan baginda rasul saw. Yang lebih parah daripada dikala salah seorang syarifah dinikahi oleh seorang yang bukan sayyid, dan semua ulama sadah ba'alwy bersepakat bahwa hal tersebut tidak boleh dilakukan secara mutlak.
Para sadah adalah pusaka yang dititipkan baginda rasul SAW.

Saya sudah penah menulis dikitab saya yang berjudul mir'atulhaq bahwasanya mereka para ulama sadah adalah termasuk salah satu tsaqolain didalam hadits baginda rasul *4.


Assyekh Ibn hajar berkata:
أنهم معدن العلوم الدينية والحكم العلمية والأحكام الشرعية

mereka (para sadah) adalah sumber ilmu agama dan hikmah, mereka jugalah sumber bagi hukum-hukum syari'at.

Al-Allamah al-Habib Tohir bin Husain bin Tohir didalam mensifatkan mereka beliau berkata:
إنها هي العروة الوثقى لا يتمسك بها إلا الأتقى ولا يزيغ عنها إلا الأشقى وهي طريقة الرسول والخلفاء الفحول المأمور بالعض عليها بالنواجذ

Sesungguhnya mereka adalah ibarat tali yang kokoh yang tidak berpegang kepadanya kecuali orang yang bertaqwa dan tidak akan percaya kepadanya orang-orang yang celaka, mereka ini adalah jalannya baginda rasul dan kholifah-kholifahnya yang mulia yang mana kita diperintahkan untuk selalu mengikuti mereka dan menggigit ajaran mereka dengan geraham kita (jangan sampai berpisah dari ajaran mereka.pent)


*Dalil para sadah ba'alwy dalam masalah ini

Saudara saya al-allamah abdurrahman almasyhur berkata didalam kitabnya yang berjudul "bughyatul mursyidin" sebagai berikut:

مسألة : شريفة علوية خطبها غير شريف فلا أرى جواز النكاح وإن رضيت ورضي وليها الأقرب لأن هذا النسب الشريف لا يسامي ولا يرام ولكل من بني الزهرا فيه حق قريبهم وبعيدهم
Mas'alah:
Seorang syarifah alawiyyah1 jika dilamar oleh seorang yang bukan syarif maka menurut saya tidaklah boleh terjadi pernikahan antara keduanya meskipun syarifah tersebut dan wali nikah terdekatnya ridho dan menerimanya, karena nasab yang mulia ini tidaklah bisa dibandingi dan tidak ada yang mampu menyamainya dan semua dari keturunan azzahra (sayyidah Fatimah putri baginda rasul saw.) mempunyai hak atas syarifah tersebut.
Salaf kami semoga Allah meridhoi mereka mempunyai dalil-dalil yang kuat dalam hal ini, dalil yang membuat ahli fiqh tidak bisa berkutik.

فسلم تسلم ولا تخالف فتخسر وتندم

Menyerah saja niscaya engkau akan selamat
Dan jangan sekali-kali menentang pasti engkau akan merugi dan menyesal.

Didalam fatwa alhabib abdullah bin umar (bin yahya) beliau mengatakan:
Tidak terlintas dihati saya dan tidak pernah sampai kabar kepada saya bahwa ada seseorang pengikut para salaf yaitu satu kaum yang mana mereka adalah panutan serta tauladan bagi kita, diantara mereka terdapat ahli fiqh bahkan ada yang sampai derajat mujtahid, mereka para wali, qutub, tidak pernah saya dengar bahwa ada dari para pengikut mereka yang tidak satu derajat dengan mereka atau belum jelas nasabnya berani untuk menikahi anak-anak mereka sama sekali.
Setelah mendengar fatwa diatas, dimana orang ini mau meletakkan mukanya? ini adalah salah satu fatwa orang alim, dan orang alim ini pernah diakuinya sebagai guru, lalu dimana dia dari fatwa gurunya????

Adapun dalil yang menunjukkan bolehnya dan sahnya seseorang yang bukan syarif untuk menikahi seorang syarifah yang ridho atau walinya ridho ulama bersepakat bahwa hal tersebut boleh saja tapi harus denga sebab, seperti dikala takutnya terjerumus dalam perzinahan.

Tertuliskan didalam kitab "bughyatulmustarsyidin" ketika menyinggung masalah ini : memang benar diperbolehkan bagi seorang yang bukan syarif untuk menikahi seorang syarifah ketika terdapat jelas sebab-sebab yang fatal dan buruk seperti apabila syarifah tersebut jika tidak menikah ini akan menjadi sesuatu yang mudhorrot baginya.
sebagai contoh diperbolehkan bagi orang yang sangat membutuhkan makan untuk memakan bangkai,
diantara faktornya dan mudhorrotnya adalah : ditakutkan zina, atau berlaku mesum, keji sementara tidak ada yang mampu menjaganya maka diperbolehkan hal tersebut karena melihat faktor diantara keduanya mana yang lebih buruk, dan patutlah bagi seseorang untuk mengambil sesuatu yang lebih ringan kesalahannya.

Mendengar kalimat diatas mau lari kemana lagi orang ini??? Bagaimana bisa dia menghalalkan bangkai??? yaallah ini sangat mengejutkan.

Adapun dalil syari'at tentang larangan bagi orang yang bukan sayyid untuk menikahi seorang syarifah al-hasyimiyyah tidak ia sebutkan , malah dia sembunyikan karena ia takut fatwanya tidak akan diterima dikalangan masyarakat setelah ia bersungguh-sungguh untuk memperindah dan menyebarluaskannya kepada kalangan awam.


Fatwa ulama-ulama syafi'iy

Disini saya akan uraikan naskah-naskah yang menunjukkan larangan bagi yang bukan sayyid untuk menikahi seorang syarifah, diantaranya:
Ibn hajar berkata didalam kitab attuhfah:
ولا غير هاشمي ومطلبي كفؤا لهما لخبر مسلم :
إن الله اصطفى من العرب كنانة واصطفى من كنانة قريشا واصطفى من قريش بني هاشم.
- إلى أن قال- : نعم أولاد فاطمة منهم لايكافئهم غيرهم لأن من خصائصه صلى الله عليه وسلم أن أولاد بناته ينتسبون إليه في الكفاءة وغيرها كما صرحوا. انتهى ملخصا
"bagi seseorang yang keturunan bani hasyim dan bani muthalib tidak ada seorangpun yang kufu' (setara) dengan mereka, didalam kitab hadits karya imam muslim beliau menyatakan bahwa rasul saw. Bersabda : "sesungguhnya Allah telah memilih dari pada bangsa arab keturunan kinanah, dan memilih dari keturunan kinanah suku quraisy dan telah memilih dari suku quraisy bani hasyim.
Ibn hajar juga berkata : ya, para keturunan sayyidah fathimah termasuk bani hasyim, tidak ada yang kufu' dengan mereka selain golongan mereka. Karena termasuk khususiyyah keistimewaan bagi nabi Muhammad saw. "adalah anak-anak putri beliau dinisbatkan kepada beliau dalam masalah kesetaraan dalam hal menikah dan lain-lain", pendapat ini sebagaimana yang telah dijelaskan para ulama'. (selesailah ucapan ibn hajr dengan diringkas)

Asyaikh ar-romly juga berkata dalam kitab "annihayah":
ولا غير هاشمي ومطلبي كفؤا لهما لخبر :
إن الله اصطفى من العرب إلى آخر الحديث الذي فى التحفة إلى أن قال : نعم أولاد فاطمة منهم لايكافئهم غيرهم. إلى آخر ما في التحفة حرفا بحرف
"bagi seseorang yang keturunan bani hasyim dan bani muthalib tidak ada seorangpun yang kufu' (setara) dengan mereka, didalam hadits rasul saw. Bersabda : "sesungguhnya Allah telah memilih dari pada bangsa arab (seterusnya seperti hadist yang dikemukakan ibn hajr didalam kitab beliau "attuhfah", sampai kepada kalimat : ya, para keturunan sayyidah fathimah termasuk bani hasyim, tidak ada yang kufu' dengan mereka selain golongan mereka. Ucapan al-imam arromly sama seperti yang diucapkan ibn hajar didalam tuhfah)

Syekhul islam zakariya al-ansory berkata didalam kitab "fathulwahhab" (menukil kata-kata ibn hajr) :
ولا غير هاشمي ومطلبي كفؤا لهما لخبر مسلم :
"bagi seseorang yang keturunan bani hasyim dan bani muthalib tidak ada seorangpun yang kufu' (setara) dengan mereka, didalam hadits rasul saw. Bersabda……………..
Sama sperti hadist yang diatas yaitu dikitab "attuhfah" dan "annihayah" beliau juga mengatakan :
أولاد فاطمة منهم لايكافئهم غيرهم.
para keturunan sayyidah fathimah termasuk bani hasyim, tidak ada yang kufu' dengan mereka selain golongan mereka. Dari kitab fathulwahhab dan hasiyahnya bujaiyrimy.
Guru kami juga al-allamah al-habib abdullah bin umar bin yahya mengatakan didalam fatwah-fatwahnya bahwa :

قال ابن حجر والرملي في التجفة والنهاية أولاد فاطمة منهم لايكافئهم غيرهم.

Ibn hajar dan romly mengatakan didalam kitab attuhfah dan annihayah bahwa : para keturunan sayyidah fathimah termasuk bani hasyim, tidak ada yang kufu' dengan mereka selain golongan mereka.

Guru kami juga menyebutkan hadist yang telah disebutkan keduanya didalam kitab mereka masing-masing, kemudian berkata :

قال ابن حجر في كتابه الصواعق أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : كل ولد أب فإن عصبتهم لأبيهم ماخلا ولد فاطمة فإني أنا أبوهم وعصبتهم. انتهى
Ibn hajar mengatakan didalam kitabnya yang berjudul "assowa'iqulmuhriqoh" bahwasanya rasul saw. Bersabda :semua anak bernisbah kepada ayahnya kecuali anakcucu fatimah akulah ayah merekah dan nisbat mereka kepadaku.

Sebenarnya banyak sekali, diantaranya apa yang tercantum didalam kitab "jawahirul 'uqodayn" karya assayyid assamhudy, juga yang telah ditegaskan al-asykhor didalam fatwahnya dan masih banyak lagi yang bersependapat dengat pendapat diatas mereka menuliskannya dibuku-buku karya mereka dan fatwa-fatwa mereka.

Saya dibuku ini tidak mau panjang lebar karena menurut saya pendapat-pendapat diatas sudah lebih dari cukup bagi orang yang memang mencari kebenaran.

Dari keterangan yang telah lewat kita bisa pastikan bahwa orang ini antagonisif dari kesalahan dan kerusakan aqidahnya.
Jika kita meninjau lebih jauh kita akan dapatkan beberapa kesalahan-kesalahan besar yang ia lakukan.

1. Dia berusaha duengan sekuat tenaga mengadvertensikan dalil-dalil yang menurutnya boleh saja menikahi syaroif dengan menyembunyikan dalil-dalil syariat yang melarang terlaksananya hal tersebut yang jenisnya aksioma.
Sebagaimana yang kami telah uraikan diatas bahwasanya bagi orang yang tidak mengetahui hukum yang sebenarnya mereka akan menyangka kalau hal ini diperbolehkan oleh syari'at dan hal itu akan meremehkan serta mendisktreditkan zurriah keturunan suci baginda rasul saw.
Dan hal itu sangat jelas, secara tidak langsung dia telah menghinakan mereka para keturunan baginda rasul saw.

2. Kesalahannya yang lain adalah ia mengatakan bahwa: fatwa sadah ba'alwy itu tidak benar, Kalau memang benar itu yang ia katakan lalu kebenaran yang macam apalagi yang dia pegang dan syariat siapa yang dia ikuti?????

Nampaknya kesalahan orang ini sudah menunjukkan hatinya yang kotor, dan melihat dari kata-katanya maka kita dilarang untuk bergaul dengannya apalagi membantu serta menolongnya sebaliknya kita harus mengingkari fatwanya dan menjauhinya.

Perlu diketahui, jika memang dia diberi taufiq oleh Allah swt. Untuk bertaubat dan kembali kejalan yang benar maka Allah swt. Pasti akan menerima taubat hamba-hambanya yang bersalah, sesungguhnya Allah swt. Maha mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan yang mereka tampakkan.



*2 perihal yang perlu diperhatikan

Disini saya akan menjelaskan dua perihal yang perlu diperhatikan:

1. Apa motif dan sebab yang nampak jelas, kenapa orang-orang berani menlontarkan kata-kata yang tidak pantas terhadap sebagian sadah (keturunan baginda rasul saw.), dan tidak menghormati mereka???
Jawabannya adalah tidak lain karena sebagian kecil sadah itu sendiri yang menyimpang dari jalan salaf (pendahulu) mereka yang lurus dan berkecimpungnya mereka dalam kemungkaran yang begitu jelas sehingga hal itu menjadikan contoh yang jelek bagi orang-orang yang antagonisme.

Ingatlah bahwa dosa yang dilakukan ahlilbait lebih besar (hitungannya) daripada selain dari mereka sebagaimana disebutkan didalam al-qur'an, maka ingkar akan perbuatan dosa yang mereka lakukan adalah sesuatu yang wajib menurut syari'at.

2. Bagi orang yang mencegah mereka dalam kemungkaran terutama bagi orang yang terkenal dengan kearifannya (kesalehannya) dan kecintaanya kepada orang arab (ahlilbait) yang selalu membela mereka maka pencegahan mereka tidaklah termasuk suatu kebencian kepada ahlulbait, barang siapa yang mengatakan demikian berarti dia salah dan tidak bersyukur kepada orang yang berbuat baik.

Guru kami alhabib abdullah bin umar bin yahya pernah menyebutkan didalam salah satu kitabnya "tadzkirotul mu'minin fi huquqi zurriyati sayyidil mursalin" sebagai berikut:
"Barang siapa yang ingkar dengan mencegah mereka dari perbuatan ma'siat atau ketika mereka meninggalkan kewajiban berarti ia telah menunjukkan rasa cintanya kepada mereka dan hal tersebut sangat dicintai oleh kakek mereka baginda rasulallah saw. Serta orang tersebut akan mendapatkan syafa'atnya kelak dihari kiamat".

Berhubungan dengan hal ini saya akan menceritakan satu cerita yang bagus sebagai contoh:
Suatu hari Seorang Tuan berkata kepada budaknya: "wahai budakku jikalau kau melihat tuan-tuan kecilmu (anak-anakku) berlaku nakal maka cegahlah mereka"
Ketika sang budak mencegah mereka dari perbuatan nakal mereka tiba-tiba ada yang berkata kepadanya: wahai budak alangkah beraniya dirimu, kenapa engkau sebegitu beraninnya mencegah anak tuanmu sendiri???
Maka spontan sang budak akan menjawab: tuankulah yang menyuruhku melakukan hal tersebut.
Hanya ini yang bisa saya sampaikan, dengan tanpa menyebutkan nama atau menentukan orang yang kami cela (kesalahannya) dan semoga sholawat dari allah senantiasa dicurahkan bagi nabi muhammad saw. keluarga serta sahabatnya dan segala puji bagi Allah swt.




Selesai di
Betawi
Syawwal 1331 H


Dilampiran akhir buku tertulis :
(telah selesai dinukil oleh putra beliau yang bernama abdulqodir pada hari minggu 19 juli 1964 M bertepatan dengan tanggal 9 robi'ulawwal 1384)




* catatan kaki (pent)

*1. Didalam kitab asli habib usman yang ditulis anaknya alhabib abdulqodir, habib usman menuliskan dipembukaan beliau: ini adalah عجالة, ujalah didalam bahasa Arab berartikan satu kitab yang ditulis secara terburu-buru ataupun kitab yang ditulis disatu waktu dan selesai diwaktu itu juga.

*2. Contohnya seperti meminum arak, hukumnya diperbolehkan ketika ada sebab-sebab khusus seperti tidak ada minuman lagi kecuali arak dan kalau dia tidak minum dia akan mati, ketika itu dia diperbolehkan untuk meminumnya, namun apabila sebab tersebut sudah hilang maka hukumnya kembali keasal.

*3. Contohnya seperti kejadian yang terjadi pada sahabat nabi ketika mereka bertanya kepada nabi, dari manakah mereka akan memulai sa'iy, apakah dari sofa atau marwah, rasulallah menyuruh mereka memulai dari shofa lalu berkata:
ابدأوا بما بدأ الله به mulailah sebagaiman allah telah memulai yaitu dari ayatnya yang berbunyi : إن الصفا والمروة من شعائر الله sesungguhnya shofa dan marwa adalah salah satu syi'ar allah. Disini Allah memulai dengan kata sofa bukan marwah maka dari umumnya satu lafadz kita bisa menentukan satu hukum.

*4. Tsaqolain adalah dua pusaka yaitu alqur'an dan keturunan baginda rasul saw. Sebagaimana yang tertulis didalam kitab mustadrok karya imam alhakim beliau menuliskan satu hadits riwayat dari zaid bin al-arqom, hadist tersebut berbunyi:

عن زيد بن أرقم رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم تركت فيكم الثقلين كتاب الله وأهل بيتي وإنهما لن يتفرقا حتى يردا علي الحوض.
Dari zaid bin arqom ra. Beliau mengatakan rasul saw. Bersabda: telah kutinggalkan kepada kalian dua pusaka : kitab allah (alqur'an) dan keluargaku dan keduanya tidak akan pernah berpisah sehingga akan bersama-samku kelak di telaga.
Alimam hakim menialai hadist ini dengan mengatakan:
هذا حديث صحيح الإسناد على شرط الشيخين ولم يخرجاه
Hadist ini sanadnya sohih (jalur pengambilan hadistnya tidak diragukan lagi) dan perawinya mempunyai syarat riwayat seperti yang disyaratkan al-imam bukhori dan Muslim didalam kitab sohih keduanya, meskipun hadits ini tidak tercantum didalamnya.


diterjemahkan : ali zainal abidin alwiy alkaff
semoga manfaat

الأربعاء، 6 يونيو 2012

Andai sekarang ia tersenyum......



jumat 29 juliy 2011, 01-30







wahai merpati yang hendak menuju tanah taibah
yang akan menepi dipepohonan madinah
Sampaikan salamku kepadanya
kepada muhammad habibulilah


Hidup ini terasa hampa tanpanya
Anganku agar selalu bersamanya
Hanya ia demi allah hanya ia







Hatiku telah tertawan keindahannya
Hatiku telah tertutup untuk selainnya
Meski jasad ini jauh dari perkemahanya
Hati dan ruhku ini selalu ku usir
Ku usir dari jasadku agar selalu bersamanya



wahai cinta dan kasihku
wahai hati dan ruhku
wahai pelipur kesedihanku
terimalah cinta ini terimalah


aku bangga sebagi ummatnya
aku bangga menjadi bagian darinya
aku bangga mencintainya
aku bangga aku bangga



yang kuharap hanya keridlaannya
yang kuharap hanya senyumnya
yang kuharap ia tidak bersedih
tak ada airmata yang ia teteskan karena kekhilafanku


kadang aku berfikir
siapalah aku ???
insan dhoif yang selalu melakukan ma'siat
siapalah aku ???
yang mengharap cinta kasih darinya


tak jarang mulut ini berkata :
aku gila ketika mengharap cinta darinya
aku gila keetika mengharap kasih sayangnya


namun hati kecilku menjawab
tidak, kau beruntung dengan mencintainya
kau beruntung karena menyayanginya
ia mencintai siapa yang mencintainya
menyayangi orang yang menyayanginya








muhammad oooh muhammad


muhammad oooh muhammad





menyebut namamu bak mengalirkan madu dibibirku
mendengar namamu berikan semangat baru bagi hidupku
tak bosan lidah ini memujimu dengan qasidahku
tak bosan pula mata ini menelaah sejarah hidupmu



ya allah tuhan pencipta cinta yang abadi
ya allah tuhan pencipta rasa sayang dihati
mudahkanlah jalanku menuju toibah
ku tak kuat menahan rindu yang kian membara


berikan mata ini kesempatan
dengan memandang gubbatul khodro
berikan hidung ini kemuliaan
dengan mencium harumnya madinah munawaaroh


ya allah
ya allah

sampaikan beribu sholawat baginya dari ku
harapanku ia sekarang tersenyum melihatku...................











الأحد، 20 مايو 2012

من كلام سيدي الحبيب العلامة عمر بن حفيظ حفظه الله في شهر رجب الأصب

بسم الله الرحمن الرحيم

 
الحمد لله ربِّ العالمين، وصلى اللهُ وسلَّم على عبدِه المجتبى المصطفى الأمين، سيدنا محمدٍ وعلى آله وصحبه وعلى سائر الأنبياء والمرسلين، وآلهم وصحبهم وتابعيهم بإحسانٍ إلى يوم الدين.
أما بعد: فإلى إخواننا وأحبابنا في الله تبارك وتعالى: السلام عليكم ورحمة الله تعالى وبركاته.
وإننا في كلمة شهر رجب من عام اثنين وثلاثين وأربعمائة وألف من هجرة نبينا صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم؛ نُوصِل إليكم كلمة هذا الشهر؛ مُذكِّرين بِنِعَم الله علينا وعليكم فيما هدانا إلى هذا الدين القويم، ومُسترشدين بمنهج الله، ومستضيئين بأنوار وَحيِه وبلاغ رسوله صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم. فيجب أن نعتبر كُلَّ ما أُوتِينَا وكُلَّ ما مُكِّنَّا منه وكُلَّ ما نقدر عليه وكُلَّ ما وُهِب وأُتِيح لنا من عافيةٍ وصحةٍ وأمنٍ واستقرارٍ وقدرةٍ على التواصل وعلى التواصي وعلى استخدام الوسائل المختلفة في البيان وإيصال التنبيهات والتوجيهات والإفادات والاستفادات؛ يجب أن نعتبر كُلَّ ذلك معنىً من معاني تَفَضُّلِ الله علينا: بتمكينٍ وتهيئةٍ ونصرةٍ وفضلٍ واسع؛ يندرج تحت معنى: {وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً...} النور 55 .
فمع جميع ما يجري ويُشَاهَد ويُسمَع عنه في العالم اليوم من أنواعٍ من القلاقل والمشاكل؛ لا يجوز أن ننسى أيضاً المعاني الواسعات فيما أُتِيح لنا وما أُعطِينا وما مُكِّنَّا منه. فعلينا أن نقابِل تلك النعمة وتلك المنة بمعنىً من الشكر؛ وذلك بحُسن استخدام كُلِّ الطاقات والإمكانات فيما يعود إلى إقامة القِيَم وتثبيتها في أنفسنا وأسرنا وأهالينا ومن حوالينا، وإلى حسن المخاطبة فيما بيننا البين؛ لنكون من المُتواصين بالحق والصبر، وإلى مخاطبة غير المسلمين في عَرْض هذا الدين عليهم؛ على وجهه المنير المُشرق الوضَّاء الساطع.
إن أمَامَنا أنواعٌ من الفُرَص والإمكانات والقدرات والطاقات؛ يمكن استخدامها في نصرةِ الحقِّ ورسوله، وفي التحقُّق بالصفات المَرْضِية لله ورسوله: مِن نفعِ بعضنا البعض، وعَودِ بعضنا على بعض؛ تحت إرشاد نبيِّنا صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم: (مَنْ كَانَ عِنْدَهُ فَضْلُ ظَهْرٍ فَلْيَعُدْ بِهِ عَلَى مَنْ لا ظَهْرَ لَهُ، وَمَنْ كَانَ عِنْدَهُ فَضْلُ زَادٍ فَلْيَعُدْ بِهِ عَلَى مَنْ لا زَادَ لَهُ) رواه أبو داود. فنُحسن التعاون والتذاكر فيما بيننا والتشاور كذلك، وتوجيه بعضنا البعض أن ننشغل بما هو أَوْلَى بنا وما نقدر عليه؛ مما هو أجمل وأكمل، وعند الله ورسوله أفضل؛ من القول والعمل. وأن لا نجعل الانشغال بما لا يَعنينا أو تجاوزنا الحد فيما يعنينا إلى قلق وانزعاج؛ يُفوِّتُ علينا فُرصَ تَوَجُّهٍ وابتهاج، وعمل وانتهاج، وتقويمٍ للاعوجاج، أو يفوِّت علينا أداءنا مقدوراتٍ من شأنها أن تنفع وأن تزيدنا قوةً في الإيمان ورسوخاً في الأخلاق الفاضلة.
إننا وفي مثلِ شهر رجب الأصب؛ يجب أن ننشغل بحقيقةٍ من معاني الاستغفار، وتحقيق التوبة إلى الله تبارك وتعالى. ويجب أن ننشغل بحُسن البناء للقِيَم؛ بعمارة الأعمار والأوقات بالتجالس في الله، والتزاور في الله، والتذاكر في الله، واغتنام ما يمكن من حضور مجالس العلم، والأخذ لشئون الشريعة الغراء، وتهيئة السبيل لِمَنْ يُمكِنُنَا أن نهيِّئ لهم السبيل؛ سواءً كانوا من أهلٍ وأولادٍ أو من أصدقاء وجيران وأصحاب. وليكن لنا شغلٌ بتقوية القِيَم وتثبيتها. ولنا أيضاً تقويمٌ لتثبيت معاني الرجوع إلى الله، واللجوء إليه، والإلحاح عليه، والتذلل بين يديه، وكثرة التضرع والابتهال إليه سبحانه وتعالى؛ ليقوم في الأمة مجالٌ واسع ومعاني كثيرة منتشرة من الالتجاء إلى الله والتضرع إليه؛ يكون ذلك سبباً لرحمة الأمة، وتحويل الأحوال إلى أحسنها. بالاشتغال بمثل ذلك، وشهود عظيم المنن، وحسن توجيه الطاقات والإمكانيات لما هو أنفع وأجمع للشمل، وأوسع في العلم والمعرفة والتواصل ونشر المحبة وإحياء القِيَم؛ ذلك ما هو أولى بنا.
فلننطلق مستنيرين بنور إرشاد الحق ورسوله؛ إلى إقامة شئوننا على مثلِ هذه الموازين، واغتنام ما آتانا ربُّ العالمين، ولنَزد في رجائنا في الله مع خوفنا منه، وفي ثقتِنا به سبحانه وتعالى مع أدائنا الأسباب. وليكن لنا من الميزان أن نحترز عما تكون فيه الشبهة والشك والإشكال؛ فنتجنبه فعلاً كان ذلك أو مقالاً أو معاملةً مع أحد، ولننطلق فيما هو واضحٌ بيِّن.
وبالله التوفيق، وعليه التكلان، وهو المستعان، والرجاء فيه قائم أن يُريَنا والأمة فينا وفي جميع الأمة قريباً ما تَقَرُّ به عينُ نبينا، وتُسَرُّ به قلوب الصالحين؛ أشهدنا اللهم ذلك في عافية.. والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته.

الجمعة، 18 مايو 2012

من جواهر سيدي الحبيب عبدالله بن محمد باهارون العلوي حفظه الله

  

قال سيدي عند شرح حديث ابن مسعود الذي قال فيه : لا يجعل أحدكم للشيطان شيئا من صلاته يرى أن حقا عليه ان لا ينصرف الا عن يمينه لقد رأيت النبي صلى الله عليه وسلم كثيرا ينصرف عن يساره 

فقال حفظه الله  : هذا الحديث فيه قاعدة مهمة وهي قاعدة نفي التكلف ، والانكار من سيدنا ابن مسعود انما هو لنفي التكلف لا للنهي عن العمل ، ويبين لنا هذا الحديث قاعدة اصوليه مهمة ايضا وهي قاعدة تعارض السنة العامة مع النهي فيقدم النهي ولنضرب امثلة على ذلك فمثلا من السنن العامة ترك التكلف – فعل الايسر – الخروج من الخلاف وغيرها فلو عارضت احد هذه السنن نهي صريح قدم النهي فمثلا ترك تقبيل الحجر الاسود عند وجود الازدحام رغم ان تقبيله سنة حتى لا يدخل الشخص في منهي عنه وهو ادخال الاذاء على الناس ، فيقدم النهي هناء على السنة ، رغم ان العمل بالنهي ايضا سنة ، وهكذا في بقية الاشياء مثل تقصير الثوب واطالة اللحية وغيرها فقد يتركها البعض خوفا من الوقوع في منهي وهو التكبر ……………………
والخلاصة أن قيامك بالتكلف يجعل للشيطان عليك مدخل من حيث لاتشعر
والله اعلم

كلمة يلقيها فضيلة الأستاذ محمد سعيد رمضان البوطي حفظه الله


قال العلامة أ.د/ محمد سعيد رمضان البوطي يحاضر طلبة كلية الشريعة بجامعة الأحقاف بتريم حضرموت

 
أهنئكم بما أقامكم الله فيه وأسال الله تعالى أن يجعل لكم طريقا لرد الشبهات التي يثيرها أعداء الله بين الفينة والأخرى.. إنكم تسيرون في طريق قد سرت فيه أنا ، وقد لاحظت وستلاحظون أناسا على شاكلتكم في المظهر طلاب علم لكنهم يحاولون أن يعكروا السبيل الذين تسيرون فيه سعيا إلى مرضاة الله، ويحاولون أن يلبسوا على الطالب الطرق ويضيعوا عليه الطريق السديد، هؤلاء ليسوا بالعلمانين وإنما هم طلاب علم وباحثون لكنهم يستخدمهم الشيطان باسم العلم والشريعة ليتخطف الناس عن طريق الحق والسداد، لأن الشيطان كما يستغل الحداثة والعلمانية سبيلا لذلك فإنه قد يستغل الاسلام للفكرة ذاتها، وهنا يجب ن نكون على بصيرة، والسبيل الأوحد لذلك هو كثرة الذكر، ومراقبة الله عزوجل والالتجاء إليه ليرزقنا نعمة الإخلاص، لا سبيل غيره، لأننا إن قلنا السبيل الوحيد لذلك هو ا لعلم فما أكثر الذين يرفعون العلم ولكنهم يخدعوننا به

Daarulhabib AlHabib Ahmad Naufal Bin Abdullah Alkaff

Alhabib Ahmad  Naufal ayahanda beliau Alhabib Abdullah serta kakek beliau Alimam Ahmad bin Hamid Alkaff

salah satu pemandangan di ponpes Daarulhabib
Pemandangan yang begitu mempesona terhampar ketika kita memasuki kawasan pesantren Darul Habib, yang terletak di Ciambar, Parung Kuda, Sukabumi. Penataan bangunan dan tanaman serta tanah-tanah yang berbukit-bukit tampak begitu asri dan segar. Kesan pertama yang muncul, pesantren itu tak ubahnya taman yang indah dan menyenangkan.

“Padahal dulunya daerah ini adalah daerah terpencil yang jarang dijamah orang,” tutur Habib Naufal bin Abdullah bin Ahmad Al-Kaff, pemimpin Pesantren Darul Habib. Pria ramah dengan suara lembut ini memulai membangun pesantren pada tahun 1998.








Alhabib Ahmad Naufal Bin Abdullah Alkaff
Dia menceritakan, ketika mengadakan pengajian di daerah Bogor ada seorang jama’ah yang ingin mewakafkan tanahnya untuk bisa dimanfaatkan di jalan Allah. “Beliau itu Haji Ujang. Tanah di sini ini beliau wakafkan. Ketika saya melihat, langsung jatuh hati. Sekarang kita sudah menambah sampai dua hektare, dan insya Allah di seberang jalan ada pula tiga hektare untuk rencana pondok putri. Doakan ya?” ujar Habib Naufal, santun.




Tak Perlu Ijazah

Alhabib Ahmad Naufal Bin Abdullah Alkaff
Habib Naufal bin Abdullah bin Ahmad Al-Kaff adalah cucu seorang ulama besar Palembang, Habib Ahmad bin Hamid Al-Kaff, yang haulnya diadakan secara besar-besaran pada akhir Jumadil Akhir di Palembang.


Ia, yang lahir di Palembang pada 27 Maret 1964, mendapat pendidikan pertama dari keluarganya dalam dasar-dasar ilmu agama. Ayahnya, Habib Abdullah, adalah seorang pendakwah yang gigih di Kota Empek-empek itu.

Habib Naufal, yang namanya juga sering ditulis “Habib Nopel”, dimasukkan oleh orangtuanya ke Pesantren Ar-Riyadh ketika memasuki usia sekolah dasar. “Di Pesantren Ar-Riyadh saya mendapat didikan dari dai besar dan pendakwah tangguh, Ustadz Ahmad bin Abdullah Al-Habsyi. Beliau alumnus Pesantren Darul Hadits, Malang,” ujarnya.

Salah satu kelebihan Pesantren Ar-Riyadh menurutnya adalah kemampuan berbahasa Arab yang amat ditekankan kepada santrinya. Hal itu juga dijadikannya prioritas di Pesantren Darul Habib yang diasuhnya sekarang. “Semua komunikasi di Pesantren Darul Habib harus berbahasa Arab, kalau ada yang melanggar akan dihukum,” ujarnya tegas.


Alhabib Muhammad Bin Alwiy Almaliky
Pada umur lima belas tahun, dia mendapat beasiswa untuk meneruskan pelajaran ke Makkah di pesantren Habib Muhammad Alwi Al-Maliki.


Dengan penguasaan bahasa Arab yang fasih dia tidak canggung sampai di Makkah, walau menurutnya perlu juga adaptasi karena masalah dialek.

Yang amat berkesan bagi dia adalah ketika pertama kali berjumpa dengan Habib Muhammad Alwi Al-Maliki, yang juga sering dipanggil “Buya”. “Waktu itu santri yang paling muda saya, dan Habib Muhammad Alwi Al-Maliki sempat marah kepada yang mengirim, kenapa yang dikirim anak kecil. Tapi setelah itu dia sangat sayang kepada saya. Saya ditempatkan di kamar istirahatnya, saya jadi khadamnya, jadi waktu itu saya tidak punya kamar,” ujar Habib Naufal mengenang.


Menurut Habib Naufal, sistem belajar di sana adalah sistem belajar salafiyah, seperti yang juga diterapkannya kepada santri Darul Habib saat ini. “Para pengajar yang membantu Habib Muhammad datang dari berbagai negara. Ada yang dari Mesir, Yaman, Palestina, dan lainnya. Hambatan yang saya alami waktu itu adalah soal cuaca, terutama saat bulan Ramadhan, wah panasnya luar biasa, sampai 50 derjat,” ujar ayah sepuluh anak ini.

Tingkatan belajar di sana hampir sama dengan di Indonesia. Ada ibtidaiyah, tsanawiyah, dan aliyah. Evaluasi dan ujian juga ada, tapi tidak resmi dan tidak tercatat. “Buya juga mengeluarkan ijazah tapi hanya berlaku untuk kalangan internal.”

Menurut Habib Muhammad, ijazah atau syahadah tidak perlu, karena sudah cukup syahadah dari Allah SWT. Teman-teman angkatan pertama saja yang mendapat syahadah, setelah itu tidak ada lagi.

“Alhamdulillah yang telah selesai belajar dari sana berhasil berdakwah, mereka menyebar ke seantero penjuru. Ada yang membuka pesantren, ada yang mendirikan majelis ta’lim, ada yang jadi pengajar,” kata Habib Naufal.



Tarbiyatul Akhlaq

Alhabib Ahmad Naufal Bin Abdullah Alkaff 
di salah satu stasiun tv
Hal yang paling utama didapatkannya di pesantren Buya Muhammad Alwi Al-Maliki adalah tarbiyatul akhlaq, pendidikan akhlaq. “Jiwa kita dididik di sana, sopan santun, rendah hati, merasa diri hina di hadapan Allah SWT dan sesama. Tidak boleh sombong, arogan. Kalau ilmu bisa di mana saja kita tuntut, tapi tidak semua tempat mendidik akhlaq. Nah, saya juga menerapkan hal itu di Pesantren Darul Habib saat ini,” tutur Habib Naufal meyakinkan.

Menurutnya, akhlaq tidak cukup dinasihatkan, tapi harus dengan teladan. Dan Habib Naufal melihat sendiri teladan itu selama sembilan tahun pada diri Buya Muhammad. “Beliau bekerja keras mencontohkannya, beliau sendiri yang bangun tiap malam membangunkan santri untuk shalat malam. Apa pun yang beliau lakukan tidak terlepas dari teladan yang juga beliau contoh dari Rasulullah SAW. Di Pesantren Darul Habib ini, hal itu juga kita terapkan. Santri dengan alasan apa pun tidak boleh keluar kawasan pesantren kecuali yang darurat. Mereka hanya pulang pada saat bulan Ramadhan, dan 10 hari setelahnya setelah itu mereka kembali ke pondok. Kita tidak menerima santri luar atau yang tidak bermukim.

Mereka tidak boleh memiliki HP, shalat jama’ah harus terjaga, shalat malam terus dilakukan,” kata Habib Naufal.

Menurutnya, keberhasilan santri itu ditopang oleh tiga faktor. Yaitu, santri harus rajin, gurunya juga harus rajin, orangtua pun harus rajin. Orangtua juga harus mengontrol anaknya ketika mereka libur di rumah. Semuanya harus bersinergi, akan gagal kalau salah satu pincang.

“Yang diharapkan dari wali murid adalah kontrol dan filter. Perlu memang melihat dunia luar, tapi harus selektif.

Di pondok ini kita buka tayangan khusus dua kali sepekan berisi cerita tarikh, kita bisa belajar sejarahnya, juga bahasa Arab-nya.

Alhabib Ahmad Naufal Bin Abdullah Alkaff
ketika memberikan muhadloroh kepada santri
Kita bekerja keras membina, menanamkan hal-hal yang utama, kita siapkan bekal sebaik-baiknya, mudah-mudahan mereka mendapat hidayah dan taufik ke depan,” ujar Habib Naufal.

“Setelah dari sini mereka bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang mereka suka. Ada beberapa santri yang telah diterima di Yaman, di Al-Ahgaff, juga di Makkah, tahun ini ada lima orang yang ke Rubath, Tarim, dan juga ke Turki.”

Sedangkan dengan perguruan tinggi yang didirikan oleh Habib Umar Bin Hafidz, yaitu Jami’ah, salah satu saratnya adalah harus hafal Al-Qur’an dan kitab Riyadhus Shalihin, anak-anak belum siap. Ada yang hafal Al-Qur’an tapi Riyadhus Shalihin belum siap.

Menurutnya, walau di Pesantren Darul Habib tidak diharuskan hafal Al-Qur’an, alhamdulillah sudah ada lima puluh santri yang sudah hafal Al-Qur’an saat ini dari 300 santri. “Dan setiap tahun bertambah. Ada yang hafal 25 juz, 20 juz, tidak kita paksakan,” ujarnya.

Allah Selalu Memberi Rizqi
Alhabib Ahmad Naufal Bin Abdullah Alkaff
bersama para santri
Setelah menuntut ilmu di Makkah dari tahun 1979, pada tahun 1986 Habib Naufal pulang ke tanah air.
Banyak hal yang dia dapatkan selama tujuh tahun bermukim di Tanah Suci. Menurutnya, jiwanya sudah terdidik bagaimana menghadapi masyarakat, bagaimana menghadapi tantangan.

“Di Tanah Suci Makkah, perlawanan, konfrontasi, terasa sekali terhadap Ahlusunnah wal Jama’ah. Buya orang yang terdepan gigih melawan Wahabi, sampai beliau diuber-uber. Bahkan kita diikuti terus oleh seseorang.

Suatu saat ketika Buya menghadiri Maulid, karena dikuntit terus, orang itu diajak untuk ikut Maulid. Dia jadi malu sendiri.

Memang ada perjanjian untuk tidak boleh mengadakan Maulid, tapi masyarakat di sana suka memperingati Maulid. Wahabi menganggap bahwa mengadakan Maulid itu syirik.

Buya menentang ketika belum ada ulama yang mau terang-terangan menentang,” cerita Habib Naufal.
Setelah pulang dari Makkah, Habib Naufal mengajar di almamaternya, Ar-Riyadh, juga mengajar di Madrasah Darul Muttaqin, Palembang.

Ia juga membuka Madrasah Haramain, jembatan bagi anak-anak untuk masuk pesantren. Belajarnya malam hari. Siang hari mereka belajar di SD. “Alhamdulillah, alumnusnya sudah ada yang pulang dari Hadhramaut,” ujar Habib Naufal berbinar.

Beberapa lama mengajar di Palembang, ia lalu diajak mengajar ke Bekasi oleh Habib Naquib B.S.A. dan Habib Ahmad Fad’aq.

Sebelum menjatuhkan pilihannya itu ia melakukan shalat Istikharah, karena di Palembang ia juga sudah punya tanah dua hektare untuk melanjutkan pembangunan pesantren, tapi dia merasa belum sreg. Setelah shalat Istikharah, dia mendapat jawaban, bermimpi pindah ke Madinah, artinya harus hijrah.
“Saya sowan ke Ustadz Umar bin Ahmad Bin Syech, seorang ulama dan wali di Palembang, beliau menganjurkan shafar, melakukan perjalanan. Maka, bismillah, saya pun berangkat.”

Setelah lima tahun mengajar di Bekasi, kepadanya diwakafkan tanah di Ciambar, Parung Kuda, Sukabumi. “Untuk membangun satu bangunan saja waktu itu butuh waktu dua tahun, sebata demi sebata. Lalu tahun 2000 saya pindah ke sini, dan mulai membuka Pesantren Darul Habib,” ujarnya mengenang.

“Sekarang saya fokus di pesantren, karena mengurus mereka ini perlu konsentrasi penuh, perlu kesabaran yang luar biasa, apalagi santri berasal dari seluruh Indonesia dengan latar budaya yang berbeda-beda. Kalau saya berdakwah juga di luar, anak-anak nanti bisa kacau. Sekali atau dua kali sebulan saya pergi ke Jakarta bertemu dengan habaib dan alim ulama, agar ada penyegaran terus.”

Ketika ditanya soal dana untuk menghidupi santri yang berjumlah 300 dan juga guru dan karyawan yang semuanya dalam satu kompleks, Habib Naufal tersenyum dan mengatakan bahwa kalau dihitung secara akal tidak akan bisa, tapi dia merasa bahwa Allah selalu memberi rizqi. “Kalau hanya diharapkan dari bayaran santri, tidak sampai. Bahkan ada juga yang gratis, anak yatim dan dhuafa’. Tapi kami yakin dengan janji Allah,” ujarnya mantap.




Kehilangan Ghirah
Alhabib Ahmad Naufal Bin Abdullah Alkaff
bersama tamu
Persoalan yang dihadapi oleh umat, menurutnya, banyak yang punya ilmu tapi akhlaqnya masih bermasalah. Makanya pesantren sekarang jadi pilihan, karena persoalan akhlaq itu.

Menurut Habib Naufal, di akhir zaman fitnah dan tantangan itu akan banyak. “Itu sudah lama diisyaratkan, makanya kita perlu membekali anak-anak dengan ilmu yang benar, ilmu yang jelas silsilahnya, mata rantai yang benar, sekarang banyak penyusupan melalui ajaran agama. Juga melalui kitab, makanya dalam hal kitab, kita juga harus bertanya kepada mereka yang berkompeten dalam masalah itu,” ujarnya.
Ia mengingatkan, tantangan dakwah adalah sunatullah. “Justru tantangan itu adalah alamat keberhasilan dakwah. Tidak ada yang mulus. Ingat sejarah dakwah Rasulullah, yang begitu dahsyat. Kalau dakwah dulu, mereka berkorban sendiri, dengan harta benda sendiri. Kalau sekarang, banyak kemudahan, bahkan berdakwah dapat uang, tapi semoga itu tidak merusak keikhlasan para pendakwah.”

Ia melanjutkan, “Tantangan dakwah memang berat, tapi memang harus begitu, karena pahala yang dijanjikan juga besar. Bukankah Rasulullah SAW telah memberi contoh dan tidak ada tantangan yang lebih hebat dibanding yang dialami Rasulullah SAW?

Saya tekankan kepada santri-santri saya agar dalam berdakwah tidak memikirkan uang, karena banyak dai yang rusak karena uang. Giat dan terus belajar serta mengajar dengan ikhlas, karena rizqi itu Allah SWT yang menjamin. Dakwah harus karena Allah, nanti pasti Allah akan mengasih.”

Habib Naufal mengingatkan, “Kita harus berhati-hati. Generasi muda harus dibekali ilmu dengan benar, karena begitu banyak tantangan dan godaan zaman sekarang. Umat Islam sudah kehilangan ghirahnya. Akibatnya fitnah mudah menerpa umat.”

Di akhir perbincangan, Habib Naufal minta didoakan agar bisa membeli tanah yang akan digarap menjadi sawah untuk memenuhi kebutuhan logistik santri, yang semakin lama semakin banyak. Insya Allah.